Profil Ikhsan Brilianto



Dari kiri ke kanan : Ayah saya (Pak Farida), saya sendiri, ibu saya (Bu Tami), dan kakak saya (Kartika)

Namaku Ikhsan Brilianto. Ada pengharapan yang amat berat kuemban di balik nama ini. Ikhsan berasal dari bahasa Arab yang berarti baik. Kemudian, Brilianto adalah sebuah rangkaian kata yang disusun dari kata brilliant yang berarti logam mulia berlian. Pengharapan yang besar dari orang tua ku di balik nama ku harus ku buktikan. Yaitu menjadi orang yang baik sebaik logam mulia berlian yang bernilai tinggi.


Dalam urusan per-passport/visa-an nama ku relatif aman. Namaku dianggap mirip dengan nama-nama lokal Turki. Semacam kalo di Jogja Tukimin, Paijo, ataupun Rubiyem yang tentu bebas dugaan pelaku terorisme. Sehingga, aman, tenteram, dan damai serta bersyukur memiliki nama ini. Aku pun bangga dengan nama ini, meski beban berat pembuktian juga mengikuti.

Sejak kecil dipanggil "Ian", tapi berubah ketika duduk di bangku SMP menjadi "Ikhsan". Mendengar nama itu mungkin tercitra seseorang yang bijaksana, serius, dan anti-konyol. Namun, ternyata ekspektasi terpelanting jauh ketika bertemu orangnya. Sehingga, mungkin itu alasannya teman-teman saya lebih suka memanggil "Ibe" yang berasal dari abreaviasi huruf depan namaku.

Oiya, saat ini aku adalah mahasiswa aktif jurusan Akuntansi FEB UGM setelah beberapa kali terlempar dari perguruan tinggi impian. Plus tak mendapatkan pencerahan untuk berkuliah di kampus yang sedari SMA kuimpikan, FE UI. Masih terlalu dini dan juga terlalu pagi untuk mendeskripsikan banyak tentang hidup di masa perkuliahanku. Karena, aku baru menapaki tak lebih dari 5 bulan di sini.

Sibuk mengumpulkan amunisi, tapi tak terlalu ambisius. Sangat serius, tapi jayus. Sangat konyol, tapi memang konyol. Entahlah bagaimana orang mendeskripsikan saya, tapi itulah saya. Bukankah, "Urip kui mung mampir ngguyu" yang artinya hidup itu hanya mampir tertawa. 

Aku punya visi, target, dan misi layaknya perusahaan yang pernah diajarkan pada matkul bisnis pengantar itu. Dari sekian banyak tempat untuk menyalurkan hasrat dan hobi. Aku tertarik pada beberapa wadah, seperti seni baca al-quran, kegiatan ilmiah, tari klasik gaya Yogyakarta, dunia tarik suara, utak-atik desain web/animasi/grafik, blogging mania, socmed, fotografi, organisasi, dan masih banyak lainnya. Karena semuanya adalah hobi tentu ketika aku melakukannya memberi kepuasan tersendiri yang tak bisa dinilai dengan barometer apapun. 

Bertuah dari perilaku pesawat yang harus take-off, stable state, dan landing, saat ini aku masih dalam fase take-off. Aku sangat tertarik mencoba hal baru yang positif, memberi tantangan, dan mengasah nyali. Sangat bangga sekali dalam mendukung bahan bakar take-off ku aku berada pada posisi lingkungan keluarga yang sangat luar biasa. 

Bapak dan ibuku adalah inspirasi terbesar yang memberikan banyak nasihat dan teladan dalam perjalanan hidupku. Ketika aku kemudiku melenceng mereka menuntunku jauh sebelumnya. 

Kemudian, aku adalah imitator dari kakakku. Banyak pencerahan pada dunia baru datang dari kakak saya. Berawal dari ketertarikan pada dunia yang digeluti kakakku, aku kemudian mencoba menapak tilasinya. Ia adalah seorang pemudi cerdas, oke, well, dan luar biasa. 

Oiya, travelling adalah hobi spesialku. Aku suka berpetualang dan nge-bolang kemana-mana. Peta di kamarku harus semakin banyak yang terlingkari sebagai wujud capaian penjelajahanku. Bertemu dengan orang baru, memahami detail kehidupan sosialnya sungguh hal yang sangat menyenangkan bagiku. Meskipun, aku tak memiliki pos khusus untuk hobi ini, aku selalu berusaha untuk mendapatkan kesempatan untuk ber-travelling ria.

Dari situlah, maka cita-citaku berinisiasi menjadi seorang ekonom yang mendalami bidang akuntansi. Profesi yang dapat melingkari target daerah yang harus dikunjungi pada peta di dalam kamarku. Padahal sempat terpikir dahulu cita-citaku waktu kecil adalah sebagai tukang rental komputer semata. Semuanya perlahan telah berubah, umurku semakin beranjak, dan tentunya harus diimbangi dengan kualitas diri yang semakin bagus. Amin

Inilah deskripsi singkatku. Aku sangat sabar menghadapi fase hidup ini. Kesempatan lebar tanpa batas ada di depan mata. Aku berprinsip, "Ketika kamu telah berkorban, maka kamu telah layak menang". Menang di sini tidak mesti harus wujud secara material. Tetapi, yang lebih berharga adalah menang melawan mental putus asa-mu. Jika aku gagal ? tenang dan tetap istiqomah dengan melakukan evaluasi karena semua pasti ada waktunya masing-masing ("Everything has its own time" alias "Kabeh ki ono wancine").


Meratapi nasib ditinggal rombongan di samping White House, Washington D.C, US 






Comments

Popular Posts