Ibe sedang galau :3

Sekian lama, akhirnya hari ini bisa nyempetin nulis sedikit recently activities ku yang super duper joskeong vokoknya. Tahu sendirilah ya, saya sekarang sudah menjadi mohosiswo (bangga syithik lah ya..wes ngrampungke 12 tahun sekolah dap), menjalani sebuah jalan tol panjang baru yang penuh tantangan, tapi akan menjadi simfoni indah jika mampu menjalaninya. Beginilah awal mulanya saya bisa menjadi salah satu mendapatkan kesempatan menghirup udara yang langka di fakultas ini (habis diajarin scarcity :p).

Kelas XII di SMA Negeri 1 Yogyakarta terasa teramat cepat bagi saya. Bahkan, saya pikir saya tertampar menjadi benar-benar siswa tahun akhir SMA itu baru 3 bulan an sebelum UNAS. Pasalnya begini, Saudara, entah kenapa saya masih demen ngikut mencari peruntungan sampai penghujung kelas 3. Selain lomba saya juga bermondar-mandir ria mencari bakal sekolah di luar negeri yang tentu membutuhkan waktu untuk melengkapi berkasnya itu lama. Sehingga, sampai melupakan bahwa terkaan yang nyata akan dihadapi adalah UNAS.

Namun, semua itu tak lepas dari impian sejak lama saya untuk melanjutkan perguruan tinggi di luar negeri. Bulan juli 2011 saya mulai mencoba meng-apply NYU (New York University) Abu Dhabi. Nggak tahu kenapa, kalo ngomongin masa-masa itu, semacam nyesel, guilty, dan apalah yang sedih-sedih. Mungkin ini adalah tamparan dari Yang bikin Hidup, saya secara kebetulah mendapatkan nominasi siswa pilihan dari NYU berupa email dari kantor pusat yang dikirimkan saya. Inilah penampakan email limbah itu.




Tapi, sangat DHP (Donatur Harapan Palsu :D #Garing yo ben sek penting kemripik) sekali kenyatannya. Dengan bahasa yang setengah hidup mengambil hati saya, saya terlalu khusnuzon akan menjadi mahasiswa NYU dengan mudah. Scholarship Director yang ada di Indonesia pun semacam, menenang-nenangkan saya untuk tidak usah khawatir (Cen urip kui selooww kok). Sehingga, ketika di requirements list-nya ada SAT, mbaknya tadi bilang, "Walah yang tahun kemarin aja gak pake SAT aja bisa masuk kok". Dan baiklaah karena mahal juga ambil SAT itu (tapi yo ora terlalu sih, dibanding kesempatan sik has gone kui), saya memutuskan untuk tidak mengambilnya. Walhasil, saya tidak diterima. Coba perhatikan email berikut, email yang sangat mengempiskan dada.



Oke, meski kadang cinta kejam, namun kejamnya nyari sekolah itu gak ada tandingannya. Meratapi nasib itu tentu tak akan mengubah suatu apapun, sehingga saya pun lekas MOVE ON. Wedyeeh, #Happy Song gitu harusnya. Namun, kesempatan berkuliah di luar negeri tampaknya semakin menipis. Sudah banyak apply gate yang ditutup. Ya, karena saya dulu terlalu berharap besar pada beasiswa itu. Ini adalah evaluasi masiv dalam hidup saya tentunya. NTU-pun sudah tutup dan menyisakan pendaftaran NUS yang menurut banyak orang penerimaannya lebih ketat. Meski, seberapa ketat pun kedua universitas itu menantang sekali ujiannya penerimaan masuknya. Tanpa ragu, tanpa berkaca terlebih dahulu, saya mendaftar di sana.

Ketika siswa yang menginginkan untuk bersekolah di NTU/NUS belajar berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Ada pula yang sampai rela merogoh kocek besar untuk mengasah kemampuannya dengan mengikuti bimbingan belajar khusus persiapan masuk NTU/NUS. Sedangkan, saya apa boleh buat harus menerima kenyataan harus mempersiapkan tes yang super sulit (kalo persiapannya mepet) dengan waktu kurang dari satu bulan setelah pengumuman berkas lolos. Ini penampakan pengumuman lolos seleksi berkas NUS.


Ya, terlebih materi matematika, saya harus mengejar lebih keras karena meski saya anak IPS, panitia tidak memandang bulu. Materi A Level tetap harus dihadapi oleh siapapun peserta tesnya. Saya pun dibantu Vennia Hanung, seorang calon civitas akademika matematikawan yang luar biasa. Jungkir balik, banting tulang sudah, bahkan kalo perlu udah koprol sambil bilang "JOKOWOW", tetapi banyaknya materi yang harus dikuasai, waktu 1 bulan adalah waktu yang terlalu imut untuk bisa siap 100%.

Hari tes pun tiba, saya ke Jakarta ditemani ibu dan kakak saya. Di Jakarta saya nginep di rumah saudara saya di daerah Celepuk, Jakarta (mana ya...). Untuk bisa sampai di tempat tes sempat diwarnai peristiwa heroik, lari dari mobil ke tempat tes karena terjebak macet. Alhamdulillah, saya bisa tetap ikut ujian meskipun agak telat sedikit. Untuk bagaimana rasa saya menghadapi soal, itu sangat luar biasa. Saya bertemu dengan para olimpian nasional bidang-bidang dewa dan mereka bilang susah. Pasti tahu kan, bagaimana perasaan saya.

Berbulan-bulan saya menunggu pengumuman. Berharap keajaiban menyeruak dari celah yang amat sempit. Namun, belum menjadi kehendak Allah saya berkuliah di Singapore. Allah tidak ingin saya loncat dari lantai 3 karena stress berkompetisi dengan pecinan rajin di sana mungkin.

Hanya tinggal satu yang saya tunggu, pengumuman SNMPTN Undangan. Deg-degan, tentu tak perlu ditanya. Hari menuju pengumuman saya mulai bimbang dan galau yang membuat saya tertampar belajar dengan sungguh-sungguh. Mengantisipasi jika saya tidak lolos. Beginilah suasana kamar saya yang tadinya syahdu menjadi sangat kacau (itupun kalau Anda percaya...hehehe).

Penggalauan belum selesai. Saya harus merelakan tiket MTQ Nasional di Ambon semisal saya tidak lolos seleksi SNMPTN Undangan. Dan padahal itu adalah tiket pertama saya untuk bidang MTQ Umum.

Akan tetapi, Allah sungguh maha segalanya. Akhirnya setelah selang waktu lama, pengumuman SNMPTN Undangan muncul. Beginilah penampakannya.
Hangat dalam pikiran saya, pengumuman ini muncul beberapa saat sebelum pembinaan tahap 2 MTQ kontingen Yogyakarta. Saya rela terlambat untuk mendapatkan kepastian ini. Sebuah kepastian yang menentukan langkah selanjutnya. Saya hanya sendirian di rumah ketika membuka pengumuman ini. Sungguh berdebar jantung ini. Bahkan, lebih berdebar daripada nunggu pengumuman lomba atau sejenisnya. Dengan syukur yang amat sangat, berikut diikuti dengan sholat istikharah saya yakin untuk sekolah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Jurusan Akuntansi Universitas Gajah Mada (UGM) - Indonesia. Semua berkas pendaftaran universitas di luar negeri, langsung saya lepas dengan penuh keterpaksaan. Saya mengurungkan niat untuk kuliah di FE - UI dan yakin bahwa dimanapun kita berada kita bisa sukses dengan cara kita masing-masing seperti kata Bill Gates (penemu microsoft). Masih banyak kesempatan untuk bisa berkuliah/exchange/short course di luar negeri :D

Sehingga, kaki saya dapat menapakki bumi Ambon Manise. Bermusabaqah dan beribadah tujuan awalnya. Demi prestasi Yogyakarta. Akan tetapi, masih jauh dari titel juara saya rasa dibanding persiapan provinsi lain yang sangat intens. Walhasil yang terpenting bisa berwisata gratis melihat keindahan Ambon yang sangat luar biasa. 



Comments

Post a Comment

Popular Posts