"Desa Mawa Tata, Negara Mawa Cara"

Duka meliputi keluarga besar kami. Nenek saya yang akrab saya panggil "Mbah Puton" telah berpulang ke rahmatullah pada hari Jumat jam 17.05 WIB tanggal 21 Desember 2012 silam. Rasanya baru kemarin nenek saya menyapa menanyakan "Wes mangan durung ? Kene mangan iki (Sudah makan belum ? Sini makan dulu)". Saya yakin nenek saya khusnul khotimah dan mendapatkan tempat yang bahagia di alam sana...amin.

Nah, kemudian momen itu seakan menggeret saya untuk mengenal budaya dengan lebih dekat. Itu tak lepas dari lokasi rumah mbah saya yang masih di desa. Lhoh ? Bukannya saya itu anak ndeso juga. Betul sekali, saya dulu juga tinggal di Bantul, tepatnya di Jetis. Lokasi itu juga sebenarnya hanya dekat dengan rumah nenek saya. Saking dekatnya, saya dulu waktu kecil sering main keliling-keliling dan kemudian menyambangi stoppage area. Dan nanti nenek saya pasti menyediakan berbagai macam jenis masakan yang lezat (daripada di rumah).

Selain itu, ketika masih tinggal di Njetis itu saya masih kecil. Kemudian, bak ayah bakabon saya pergi entah kemana dan kembali lagi melihat secara dekat budaya sekitar. Namun, justru bukan "oh...ternyata masih sama", tetapi ternyata sudah sangat berbeda. Meskipun, itu sebenarnya karena perbedaan wilayah beberapa jengkal antara rumah saya dengan rumah nenek saya. Konon daerah saya sudah bergerak ke arah modernisasi, sedangkan daerah nenek saya masih kental mempertahankan budayanya.

Seketika setelah jenazah sampai di rumah duka, warga sekitar langsung berbondong-bondong datang dan membaca yasin serta tahlil. Kemudian, diharapkan warga yang datang itu lek-lekan (begadang). Rumah nenek saya pun sontak menjadi ramai terus sembari keluarga menyiapkan upacara esok hari.

Jenazah akan dikebumikan pada jam 14.00 WIB, sejak pagi sudah banyak pelayat yang datang memberi ucapan bela-sungkawa dan membawa hasil bumi bervariasi bentuknya. Pihak keluarga pun menyiapkan snack aneka macam untuk menjamu pelayat. 

Siap-siap dana berkecukupan ya ! Prosesi kayak gini nggak sedikit biayanya. Untuk mempersiapkan upacara pengebumian membutuhkan dana + 5-6 Juta rupiah. Jadi ya kasian juga sih kalau yang mepet finansialnya. Tetapi bagaimanapun juga tetap seragam kayak gitu tiap ada upacara wafat. 

Prosesi selanjutnya sih masih umum kayak yang lainnya. Satu yang unik di sini, yaitu pemuda. Oke, karena saya kemudian banyak menghabiskan masa muda saya di jantung kota saya agak kagum. Lhoh ? Ya, di sini pemudanya sangat cekatan sekali. Semua persiapan dilakukan oleh pemuda. Semacam sudah punya inisiatif. Kalo boleh membandingkan, sudah jarang banget anak muda yang hidup di kota yang bisa jadi "MC" bahasa Jawa alias "Pranoto Coro" lengkap dengan bahasa kromo yang sangat "JOKOWOW" ribetnya. Meskipun, bersyukur saya masih punya warisan untuk bisa berbahasa Jawa kromo dengan pas-pasan (banget). 

Coba perhatikan di sana ! Pernak-pernik itu semua disiapkan oleh para pemuda. Ada beberapa dedaunan ataupun apalah itu yang kayak tongkat "Tomsangchong" juga disiapkan oleh pemuda. 

Berikutnya inilah prosesi setelah jenazah dikubur. Mbah yang sudah berusia puluhan tahun itu membacakan doa. Nah, kagetnya ternyata meskipun beliau terlihat seperti membaca sebuah kitab. Eh, ternyata kitab bahasa Arab itu jika dibaca adalah rangkaian kalimat bahasa Jawa. Dan itu hanya boleh dibacakan oleh "mbah kaum" semacam pemuka agama di situ. 


Keluarga pun akhirnya dengan ikhlas melepas kepergian mbah kami. Setelah ini masih diikuti dengan ritual yasin serta tahlil setiap habis isya' selama 7 malam. Sebagai tuan rumah harus menyajikan hidangan snack ataupun makan. Selain itu, pada hari terakhir setiap jamaah diberikan sepaket makanan jadi serta hasil bumi. Tentu bagi masyarakat perkotaan ini sangat ribet. Tetapi, di desa Puton, Trimulyo, Jetis, Bantul ini masih menyala terus. Memang, ada pepatah "Desa mawa tata, Negara mawa cara" local genius (kearifan lokal).

Dan pada akhirnya ...
Selamat Jalan Simbah ! Semoga amalmu diterima di sisi Allah SWT., diampuni segala kekhilafanmu, dan khusnul khotimah. 












Comments

Popular Posts