Akhirnya SMA 1 Pilihannya


sepayung jiwa di sebuah sudut kecil teladan

Tak mengelak jika harus mengakui bahwa masa SMA adalah turning point dari hidup Anda. Positif maupun negatif itu tergantung pada diri Anda. Termasuk sebenarnya bagaimana Anda menyikapi berbagai masalah, pilihan, dan impian yang tak mengizinkan Anda abstain. Galau, bimbang, dan risau merupakan hal yang biasa. Kalo arti sempitnya hanya karena masalah cinta, namun di SMA banyak faktor yang terkadang levelnya di atas kisah cinta Anda. Yah, tapi Anda jelas harus setuju jika masa SMA itu penuh dengan kisah. Bahkan, kalo orang bilang sih, memori yang tak bisa terlupakan. Dan kalo saya mendeskripsikannya hanya dengan tiga kata "Bersenang-senang, Konyol, dan Senyum".

Oke, pada hakikatnya berdiri tiga SMA ternama di Yogyakarta, yang terperingkat atas NEM input, yaitu SMA 3, SMA 1, dan SMA 8. Sebagai anak SMP tentu selalu ingin bisa terdampar di salah satu  dari tiga nama tersebut. Tak pelak saya pun mencoba untuk konsen menyiapkan ujian SMP saya. Sempat dinaungi mimpi akan ke SMA 3, tetapi hati yakin mau ke SMA 1. Ya, tapi saya pasrah, semuluk apapun impian kita juga nanti terbungkam oleh NEM yang kita peroleh.


Akhirnya pun  hari yang ditunggu-tunggu berkata. Alhamdulillah dengan nilai yang ada bisa memilih ketiga SMA tersebut. Akan tetapi, kebimbangan semakin membara justru setelah mengetahui nilainya. Orang tua saya pun demikian keadaannya. Walhasil, rentang waktu tiga hari PPDB RTO, dengan nilai yang ada baru yakin mendaftar pada hari terakhir. Taraaa....SMA 1 Yogyakarta.

satu-satunya variasi seragam yang kumiliki

Banyak alasan menurut idealisme saya untuk yakin memilih TELADAN. Saya suka bergaul dan berpetualang di berbagai kebudayaan. Bersekolah di SMP N 5 Yogyakarta, nampaknya cukup untuk merasakan kekuatan demokrasi. Dibandingkan SMP se-Jogja kayaknya, SMP yang tak pernah sepi baik saat jam pelajaran maupun usai pelajaran adalah SMP 5. Sampai orang-orang tua siswa sering berkritik masalah hal tersebut. Bebas lepas pokoknya untuk masalah aturan-aturan di SMP 5. Yang penting pelanggaran Anda tidak keterlaluan, jauh dari panggang api untuk kata "drop out", semisal membunuh atau kejahatan lain yang terkenal di layar kaca. Akan tetapi, strategi untuk meraih UN tinggi, sekelas SMP, SMP 5 paling jozz kayaknya. Begitu intens dan begitu memotivasi banyak murid-muridnya dengan sistem Gladi Widyatama. Sebuah pengklasifikasian kelas berdasarkan ranking siswa. Nah, di SMA saya ingin mencoba yang agak-agak dari luar tampak ketat peraturannya. Secara juga kakak saya alumnus Teladan jadi saya udah dikompor-komporin banyak tentang SMA 1. Selain itu, kalo masuk SMA 3 itu nanti kebanyakan juga anak SMP 5. Jadi, temennya itu lagi itu lagi, bosen. Padahal secara nilai input NEM-nya tinggian SMA 3. Menyikapi hal demikian saya meyakinkan diri saya bahwa semuanya kembali pada diri kita masing-masing.

Namun, semuanya berubah ketika bangsa api menyerang. Menapaki hari-hari awal di SMA 1 adalah hal yang keras dan berat. Semuanya terlihat ideal sekali, terutama ketika GVT. Sebuah program orientasi siswa di Teladan yang sungguh memberi nilai anak baru Teladan. Meski demikian, seiring bergulirnya waktu medan nilai dan norma di SMA 1 mulai saya kenali. Dan paradigma lawas yang penuh dengan kenormatifan berubah. Saya kira SMA 1 adalah SMA yang sangat demokratif sekali secara proporsional. Beralmamater Teladan pun semakin optimis, bangga, dan percaya diri.

SMA 1 adalah sekolah penuh warna yang pernah saya temui. Meski kadang tak sepadan pendapatnya, tapi kami bisa berjalan bersama. Sungguh tak kan pernah ada habisnya berbicara tentang kisah menarik di Teladan. Sekolah ini telah memberiku banyak inspirasi dan kesempatan untuk menjadi apapun yang saya inginkan.

Keluarga MPK Teladan, dimana saya menemukan idealisme hidup
(Kiri ke kanan : Ega, saya, dan Adam)

Comments

Popular Posts