KRS Ter-tidak Bersemangat

Selamat tinggal semester 3 yang penuh dengan kenangan, suka dan duka. UAS dan libur sudah terlewati dengan tidak terasa. Sekarang, semester baru akan disambut. Sebagai ritualnya, KRS pun menjadi momen yang selalu bikin geger siapa pun bagian FEB UGM. 

Namun, KRS ini rasanya tidak seperti biasanya. Biasanya saya sangat berpassion untuk memburu kelas-kelas langka. Meskipun, di hari H KRS sering gagalnya daripada berhasil. Masih inget postingan ketika KRS pertama yang saya KRS di warnet ? dan gagal tentunya ? Ya, begitu pula selanjut-selanjutnya. Tetapi, pada umumnya saya bisa memperoleh mata kuliah dan dosen sesuai keinginan dengan langkah keras yang harus ditempuh, yaitu memantau KRS siang malam. 

KRS kali saya ini tidak semangat sama sekali. Pagi hari bangun tidur saya ingat bahwa tadi malam bermimpi kesuksesan KRS nanti. Tetapi, semuanya pupus. Optimisme itu sirna begitu saja. Bagiku KRS bukanlah masalah serius, entah mendapatkan kelas atau dosen yang diinginkan. Semua itu bisa dikejar dan diusahakan. Toh bisa juga kita minta kuota nambah. Intinya sudah menjadi risiko masing-masing untuk mendapatkan kelas-kelas yang favorit. Hal yang lebih krusial bagi saya adalah masalah nilai. Ini bagi saya modal yang paling penting. Nilai juga artinya menunjukkan jumlah SKS yang bisa kita ambil. Nah, pada KRS kali ini saya tidak seperti biasanya. I'm feeling very hard guilty

Ini berlebihan. Tapi itulah penyebab saya tidak berpassion. Nilai-nilai yang saya ambil tidak sesuai ekspektasi. Well, sampai hari H KRS ada tiga mata kuliah yang belum keluar nilainya. Tiba-tiba di pagi hari nilai untuk satu mata kuliah muncul. Tapi karena memang belajarnya kurang maksimal, nilai saya jelek. Tapi tidak bisa dipungkiri, saya mendapatkan nilai jelek di mata kuliah ini merasa sangat sebel dan kecewa sekali. Hal ini bermula ketika saya mencoba meng-kepo satu-satu nilai teman-teman sekelas mata kuliah itu. Dan nampaknya yang cewek sebegitu mudahnya mendapat nilai A. Hampir 95 % cewek di kelas kami mendapatkan nilai A. Sementara, yang cowok itu hampir 100% fail. Memang, ada dua nilai A. Tapi tidak masuk akal dengan teman saya yang saya anggap sebagai benchmark malah mendapat nilai C. Ya, ini hanya konspirasi saya. Tapi saya akui ini hanya medium pengambing hitaman saya karena saya kurang belajar. Tapi sebel itu tetep saja ada, boleh kan ?

Dengan jeleknya nilai itu, maka IPS saya pun sangat kritis. Tetapi saya punya optimisme akan sesuai rencana. Ya, rencana saya bisa mengambil 22 SKS. Sudah itu saja, entah itu apa saja mata kuliahnya atau dosennya saya tidak peduli. Ini kepuasan saya yang tidak bisa dijelaskan. 

Sayangnya, optimisme itu berubah jadi pesimisme, karena dua mata kuliah yang belum keluar nilainya diganjar dengan nilai pinjaman B. Bahkan nilai pinjaman untuk satu mata kuliah itu nilai pinjamannya keluar setelah KRS. Wah, sudah saya sangat tidak passion. Kepuasan bisa ambil 22 SKS tidak saya dapatkan. Merasa ada yang tidak sreg saja dan merasa adacemically retarded sekali. 

Ya sudah, malam itu saya KRS di rumah teman saya. Saya yakin ini tidak akan sesuai dengan rencana sehingga saya sudah memulainya dengan kepesimisan. Sehingga, ketika KRS dimulai, koneksi internetnya memantrai untuk telat terbuka. Semua mata kuliah sudah habis-habisan kuotanya. Saya pun ambil seadanya dan langsung cus ke Gelanggang Mahasiswa untuk latihan nari. 

Hari ini bagiku sangatlah tidak well sekali. Mungkin senyum saya hari ini merekah hanya ketika Guru Tari di UKM memberikan impresi dan Ibu saya yang tidak marah-marah seperti biasanya karena prestasi kurang menggembirakan dari anaknya. So far so good lah. Semoga bisa sesuai dengan rencana dan berapapun IPS saya, saya berharap ini IPS terendah saya seumur kuliah. Semoga selanjutnya pasti lebih baik. 
 

Comments

Popular Posts