Endang's The Brainbender #1

Kali ini saya akan berkisah tentang pertemuan pertama mata kuliah ekonomi pengantar II yang diampu oleh Bu Endang Sih Prapti. Jujur ! Pada musim KRS kali ini saya tidak cukup sukses dan bahkan bisa dibilang berhasil dalam kegagalan KRS. Begini ceritanya, alkisah saya jam 8 pergi ke warnet dekat rumah yang terkenal kenceng koneksinya, yaitu Plaza Internet. Tetapi, ketika sampai di bibir tempat tersebut terlihat motor terparkir yang membeludak. Soul saya berbicara bahwa "Wah, pasti koneksinya jadi lemot, pasti banyak anak FEB UGM yang mau KRS". Walhasil, apa yang saya lakukan ? 

Ya, saya menuju warnet di dekatnya yang saya pernah ke situ itu juga lumayan kenceng. Dengan penuh semangat dan optimisme saya mencoba login. Tetapi, terus terus dan terus gagal. Nah, ketenteraman koneksi mulai terusik ketika segerombolan anak-anak kecil memasuki warnet ini. Warnet jadi penuh dan berisik sehingga dipastikan juga koneksinya semakin terusik. Karena tidak tahan pun saya pindah ke warnet plaza tadi. Beruntungnya ada teman-teman saya yang sudah selesai KRS-nya. Karena memang di Plaza koneksinya lancar jaya. Hmm...tidak buruk sekali. Malam itu saya hanya dapat 17 SKS dari kuota 24 SKS. Dan salah satu keputusan yang paling laki adalah mengambil kelas Bu Endang setelah dosen favorit lainnya ludes. 

Itulah cerita kenapa saya bisa ambil kelasnya Bu Endang. Lagipula saya pernah diajar, meskipun serem tapi asal sabar sebenarnya kelasnya menabur ilmu yang sangat banyak. Contohnya adalah ilmu yang diberikan pada kuliah hari Kamis, 21 Februari 2013 ini. 

Kali ini, beliau ingin membahas tentang pengenalan ilmu ekonomi. Pada hakikatnya, setiap ilmu memiliki epistemologis. Itulah kata yang dilontarkan pada awal masuk kelas. Kami pun terhenyak dan bingung bahasa dari belahan dunia mana itu. Barulah setelah mengikuti kuliah yang kurang lebih 2,5 jam memahami (sedikit) tentang definisi itu. 

Epistemologis adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari tentang asal-usul suatu ilmu. Ketika seseorang mempelajari dan ingin menguasai suatu ilmu, maka ia harus tahu epistemologis dari ilmu yang ingin dipelajari tersebut. Dengan mengetahui itu, maka seseorang dapat bersikap sesuai dengan apa yang diharapkan oleh ilmu yang ia pelajari. Epistemologi ilmu ekonomi adalah tuhan dan manusia. Manusia dituntut untuk menyadari absoluteism (kemutlakan) Tuhan yang tak bisa ditandingi. Namun, dunia akademisi menyadari adanya fiction, yaitu mengakui perbedaan opini. Misalnya, jika ada tembok berwarna biru, boleh orang lain menyebutnya bukan merah. Akan tetapi, fiksi ini harus didasari pada tiga pilar jika berbicara pada ranah ilmu ekonomi, yaitu moral (universal), logic, dan responsibility. Sebagaimana ilmu Durna, guru dari para dewa di pewayangan, yaitu sebuah dasar untuk bisa membidik secara tepat sasaran tanpa berbelit-belit. 

Ilmu ekonomi sendiri memiliki karakter khusus, yaitu knowledge's not to be understood, but to be digested. Antara Understand dan Digest tentu kata yang sangat berbeda. Sama-sama paham pelajaran beliau hari ini, tetapi belum bisa dikatakan digest apa bila body and soulnya tidak ikut berubah setelah mengikuti pelajarannya. 

Begitupula ketika, ekonom menghadapi sebuah permasalahan ekonomi selalu dikaitkan dengan pemahaman untuk memilik risiko. Karakter risiko tersebut, yaitu Risk taker/lover yang mendorong untuk bertindak sebagai speculator dan Risk Avoider/Hedger yang mendorong untuk bertindak averted.  Di antara keduanya tidak ada perbedaan. Hanya saja dipilih yang paling minimum risikonya.

Sebagai contoh, ketika Anda dihadapkan pada sebuah kondisi memiliki kelebihan uang dan Anda bisa mengalokasikan uang tersebut untuk ditabung dengan bungan 10 % dan diinvestasikan dengan ROI (Return On Asset) 10%. Hal tersebut sama-sama mendapatkan keuntungan dan mengeluarkan sebuah effort. Pada investasi berarti kita membantu orang lain untuk membiayai usaha orang lain dan hal lainnya. Bingung kan ? Emang ikut di kelas beliau itu bikin bingung soalnya pembicaraanya selalu kompleks dan melebar penjelasannya sampai kemana-mana. 

Tadi saja, untuk bisa masuk inti ilmu pada pertemuan itu beliau menceritakan asal-usul kata esthetic, kemudian nyangkut bagaimana US bisa menjadikan bahasanya sebagai bahasa Internasional. Bahkan, sampai upaya Amerika Serikat untuk mencegah perang dunia ketiga dengan meruntuhkan kepemerintahan yang sudah lama berkuasa. Seperti misalnya di Mesir dari Jamal Abdul Naseer ke Anwar Saddad ke Husni Mobarok dan akhirnya ke Mohammad Mursi. Ya, begitulah ilmu yang saya dapatkan hari ini. Cocok untuk dipahami dan diresapi, tetapi tidak cocok untuk dicatat. Ya kalik, itu banyak banget dan menghabiskan berlembar-lembar jika mau mencatatnya. Kuliah di kelas beliau semacam mampu mengatur paradigma kita alias brainbender. Haha...sori kalau agak lebai, tapi emang gitu sih. Tunggu brainbender selanjutnya :D

Comments

Popular Posts